Jumat, 23 September 2011

Aqidah kelas VII SMPIT AT-TAQWA 05 BEKASI


A. AQIDAH
1. DINUL ISLAM
Dinul Islam yang arti sederhananya “Agama Islam”  adalah agama yang ajarannya sangat sempurna karena datang langsung dari Allah SWT.
Dinul islam dibawa dan diajarkan oleh para Nabi dan Rasul, sejak Nabi Adam AS, hingga Nai Muhammad SAW. Sebagai nabi terakhir. Bersumber dari kitab-kitab Allah dan sunnah para Nabi yang bersangkutan.
Dinul Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Oleh karena itu Dinul Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Merupakan Din (Agama) yang paling lengkap serta satu-satunya agama yang di ridhoi Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imron ayat 19
ان الدين عند الله الإسلام
Artnya : “Sesungguhnya agama (yang benar) di sisi Allah adalah Islam”
A. Pengertian Dinul Islam
            1. Kalimat Din dalam Bahasa Arab berasal dari kata
دان - يدين - دينا
Artinya : “agama, jalan hidup, peraturan atau undang-undang”
            2. Kata Islam dalam Bahasa Arab berasal dari kata
اسلم – يسلم - اسلاما
Artinya : tunduk, menyerah, patuh selamat dan damai
Dengan demikian Islam dapat berarti senantiasa tunduk, patuh dan meyerahkan diri kepada allah SWT. Islam juga dapat berarti keselamatan dan kedamaian, karena orang yang telah masuk Islam akan selamat dan damai di dunia maupun di akhirat.

3. Adapun arti Islam menurut istilah adalah senantiasa tunduk, patuh dan menyerah kepada Allah lahir maupun bathin dengan melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi segala larangannya.
B. Nama-nama lain Dinul Islam dalam Al-Qur’an
            Ada beberapa istilah Dinul Islam dalam Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut :
     1. Dinullah ((دين الله
       “Dinullah” artinya Agama Allah, yaitu agama yang datang dari Allah dan satu-satunya agama yang di ridhoi oleh Allah. Istilah Dinullah terdapat dalam Al-Qur’an surat An-Nashr ayat 2 :
ورايت الناس يدخلون فى دين الله افواجا
Artinya “ Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong”
     2.Dinul Haq ( دين الحق )
       Dinul Haq artinya agama yang benar serta dibenarkan oleh Allah SWT.

 Istilah Dinul Haq terdapat dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 29
قاتلوا الذين لا يؤمنون بالله ولا باليوم الآخر ولا يحرمون ما حرم الله ورسوله ولا يدينون دين الحق.
Artinya : “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidk pula beriman kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar
Hal in juga di jelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Fath ayat 28.
هو الذي ارسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفى بالله شهيدا
Artinya : “Dialah yang mengutus Raul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang haq (benar), agar Dia menangkan atas semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi”.
     3. Ad-Dinul Kholis ( الدين الخالص )
       Dinul Kholis dapat diartikan sebagai agama yang bersih, murni suci dan bebas dari perbuatan-perbuatan syirik. Sebagaimana firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat 3
الا لله الدين الخالص
Artinya : “Ingatlah bahwa agama yang kholis itu adalah milik Allah”
     4. Ad-Dinul Qoyyim (الدين القيم )  
       Ad-Dinul Qoyyim artinya agama yang lurus
Allah SWT. Berfirman
وما امروا الا ليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفآء ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة وذلك دين القيمة.
Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalammenjalankan agama dengan lurus dan uspaya mereka mendirikan sholat, membayar zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus” (Al-Bayyinah : 5)
     5. AshShirotol Mustaqim
                Ash-Shirotol Mustaqim artinya jalan yang lurus
                Seperti dalam surat Al-Fatihah ayat 5 dan 6
اهدنا الصراط المستقيم
Artinya : “Tunjukilah kami jalan yang lurus”




C. Sumber Hukum Dinul Islam
Sumber hukum Islam yang paling utama adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits
1. AL-QUR’AN
                Al-Qur’an menurut bahasa artinya bacaan, sedangkan menurut istilah adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai mu’jizat diriwayatkan secara mutawatir dan membacanya adalah ibadah.
                Al-Qur’an adalah kitab terakhir yang diwahyukan Allah kepada Nabi terakhir.dan menjadi sumber hukum Islam pertama. Al-qur’an tediri dari 30 juz, 114 surat dan 6.236 ayat. Isi kandungan Al-Qur’an adalah :
  1. Aqidah
  2. Ibadah
  3. Mua’malah
  4. Janji dan Ancaman
  5. Undang-undang dan peraturan
  6. Riwayat dan kisah

Rabu, 30 Maret 2011

WAHYU ALLOH KEPADA NABI

Hakikat Wahyu.
Semakin lama manusia semakin cerdas. diiringi pesatnya teknologi, perkembangan ilmu, kemampuan mengeskplorasi bumi, laut dan langit. Semuanya itu membantu menyapu keraguan manusia akan hakikat wahyu. Bagi manusia yang berpikir, eksistensi dunia gaib tak ubahnya dunia nyata. bedanya eksplorasi dan pemahaman kita akan dunia gaib ini begitu lambatnya disbanding dengan yang telah kita capai pada dimensi nyata. Hipnotis kini adalah hal lumrah, yang mana orang berkemauan lebih kuat dapat memaksakan kemauannya kepada orang yang lebih lemah, hingga si lemah tertidur dan ia dikemudikan secara mudahnya oleh kehendak orang yang menghipnotisnya. ini terjadi antara manusia, nah bayangkan begitu mudahnya hal serupa terjadi antara Tuhan dengan mahluknya.Telepon, televisi dan segala jenis alat komunikasi menjadi terealisir dengan pemahaman manusia akan gelombang eter, frekwensi, satelit dsb. Komunikasi dua orang yang terpisah laut dan gunung dapat berjalan sedemikan lancarnya. apabila fakta ini menjadi biasa, maka komunikasi antara Tuhan dan Nabinya jadi mudah dicerna dan diakui adanya. Rasulullah SAW bukanlah manusia pertama yang mendapatkan wahyu, Allah telah melakukan hal serupa kepada Rasulrasul sebelum beliau SAW,
Alloh SWt. Berfirman : "Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabinabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur kepada Daud. dan (kami telah mengutus) Rasulrasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasulrasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung". (QS AnNisa' [4] ; 163164)

Pengertian Wahyu

Menurut bahasa wahyu dapat berarti :
1. Ilham (Fitrah) bagi manusia seperti wahyu kepada ibunya musa. (Al-Qosos : 7 )
2. Ilham (Instink) bagi hewan seperti wahyu kepada lebah. ( An-Nahl : 68 )
3. Isyarat yang cepat, seperti yang di alami Nabi Zakaria. ( Maryam : 11 )
4. Bisikan dan godaan syetan ( Al-An’am : 112, 121 )
5. Sesuatu ( Perintah kepada para malaikat ). ( Al-Anfal : 12 )
              
Sedangkan wahyu menurut istilah adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabinya. Syeikh Muhammad Abduh dalam risalah tauhidnya, mendefinisikan wahyu dengan : “Pengetahuan yang didapat seseorang dengan penuh keyakinan bahwa itu datang dari Allah baik dengan atau tanpa perantara.”
Ulama berpendapat tentang bagaimana malaikat jibril mendapat wahyu dari Allah berupa Al-Qur’an :
1. Jibril mendapatkannya dengan cara mendengar dari Allah dengan lafadz yang khusus
2. Jibril menghafalnya dari Lauhil Mahfuz
3. Jibril mendapatkan maknanya dan lafaznya dari jibril sendiri atau dari Muhammad SAW.
AlWahyu adalah kata dalam bahasa arab yang artinya tersembunyi dan cepat. atas dasar ini para ulama secara bahasa mendifinisikan wahyu sebagai " Apa yang dibisikkan ke dalam sukma, yang diilhamkan, dan merupakan isyarat yang cepat yang lebih mirip pada sesuatu yang dirahasiakan daripada dilahirkan; sesuatu yang dituangkan dengan cara cepat dari Allah SWT ke dalam dada para nabiNya. Wahyu merupakan kebenaran yang langsung disampaikan Allah SWT kepada para nabiNya.”
Allah SWT telah menerangkan dalam Alquran cara memberitahukan para nabiNya mengenai apa yang dikehendakiNya, dengan firmanNya: “Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkatakata dengan dia kecuali dengan perantaraan Wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizinNya apa yang Dia kehendaki...” (QS.42:51
Allah SWT telah menerangkan dalam Alquran cara memberitahukan para nabiNya mengenai apa yang dikehendakiNya, dengan firmanNya: “Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkatakata dengan dia kecuali dengan perantaraan Wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizinNya apa yang Dia kehendaki...” (QS.42:51).).
Dari kandungan ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah SWT menurunkan wahyuNya kepada nabi dan rasul dengan tiga cara :
1. Allah SWT memberi pengetahuan dengan tidak memakai perantaraan. Pengetahuan itu tibatiba dirasakan seseorang dan timbul dalam dirinya secara tibatiba sebagai suatu cahaya yang menerangi jiwanya. Mimpi nabi yang benar (sadiqah) termasuk dalam bagian ini. Wahyu yang seperti ini telah diterima Nabi Ibrahim AS, yaitu tentang perintah Allah SWT untuk menyembelih anaknya, Ismail AS. Hal ini juga terjadi pada diri Nabi Muhammad SAW di masa permulaan turunnya wahyu.
2. Memperdengarkan suara dari belakang tabir dan nabi mendengar wahyu dari belakang tabir itu. Hal ini diperoleh Nabi Musa AS di Bukit Tursina (Gunung Sinai) dan Nabi Muhammad SAW ketika melakukan isra mi’raj.
3. Mengutus Malaikat Jibril (sebagai pembawa wahyu), yang disebut dalam Alquran sebagai arRuh alAmin atau Rohul Kudus. Dalam surah asySyu’ara ayat 192195 Allah SWT berfirman yang artinya:
Dan sesungguhnya Alquran ini benarbenar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh arRuh alAmin (Jibril); ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orangorang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.”
Malaikat Jibril kadangkala mendatangi Muhammad SAW dengan menyerupai seorang lakilaki yang tampan. Di saat lain Jibril memperlihatkan dirinya dalam bentuk yang asli, yang memiliki enam ratus sayap. Tak ragu lagi Alquran memang menjadi fokus perhatian para Sahabat, Tabiin dan generasi sesudahnya. Ini terbukti dari hasil penelitian mereka berkenaan dengan Alquran. Hasil kajian mereka memang menjadi pilarpilar penting yang jadi acuan kaum muslimin yang peduli terhadap interaksi dengan Alquran karena kesadaran bahwa kalam Allah adalah cahaya benderang petunjuk dan penuntun jalan kehidupan ini.

WAHYU ALLOH KEPADA NABI

Hakikat Wahyu.
Semakin lama manusia semakin cerdas. diiringi pesatnya teknologi, perkembangan ilmu, kemampuan mengeskplorasi bumi, laut dan langit. Semuanya itu membantu menyapu keraguan manusia akan hakikat wahyu. Bagi manusia yang berpikir, eksistensi dunia gaib tak ubahnya dunia nyata. bedanya eksplorasi dan pemahaman kita akan dunia gaib ini begitu lambatnya disbanding dengan yang telah kita capai pada dimensi nyata. Hipnotis kini adalah hal lumrah, yang mana orang berkemauan lebih kuat dapat memaksakan kemauannya kepada orang yang lebih lemah, hingga si lemah tertidur dan ia dikemudikan secara mudahnya oleh kehendak orang yang menghipnotisnya. ini terjadi antara manusia, nah bayangkan begitu mudahnya hal serupa terjadi antara Tuhan dengan mahluknya.Telepon, televisi dan segala jenis alat komunikasi menjadi terealisir dengan pemahaman manusia akan gelombang eter, frekwensi, satelit dsb. Komunikasi dua orang yang terpisah laut dan gunung dapat berjalan sedemikan lancarnya. apabila fakta ini menjadi biasa, maka komunikasi antara Tuhan dan Nabinya jadi mudah dicerna dan diakui adanya. Rasulullah SAW bukanlah manusia pertama yang mendapatkan wahyu, Allah telah melakukan hal serupa kepada Rasulrasul sebelum beliau SAW,
Alloh SWt. Berfirman : "Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabinabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur kepada Daud. dan (kami telah mengutus) Rasulrasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasulrasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung". (QS AnNisa' [4] ; 163164)

Pengertian Wahyu

Menurut bahasa wahyu dapat berarti :
1. Ilham (Fitrah) bagi manusia seperti wahyu kepada ibunya musa. (Al-Qosos : 7 )
2. Ilham (Instink) bagi hewan seperti wahyu kepada lebah. ( An-Nahl : 68 )
3. Isyarat yang cepat, seperti yang di alami Nabi Zakaria. ( Maryam : 11 )
4. Bisikan dan godaan syetan ( Al-An’am : 112, 121 )
5. Sesuatu ( Perintah kepada para malaikat ). ( Al-Anfal : 12 )
              
Sedangkan wahyu menurut istilah adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabinya. Syeikh Muhammad Abduh dalam risalah tauhidnya, mendefinisikan wahyu dengan : “Pengetahuan yang didapat seseorang dengan penuh keyakinan bahwa itu datang dari Allah baik dengan atau tanpa perantara.”
Ulama berpendapat tentang bagaimana malaikat jibril mendapat wahyu dari Allah berupa Al-Qur’an :
1. Jibril mendapatkannya dengan cara mendengar dari Allah dengan lafadz yang khusus
2. Jibril menghafalnya dari Lauhil Mahfuz
3. Jibril mendapatkan maknanya dan lafaznya dari jibril sendiri atau dari Muhammad SAW.
AlWahyu adalah kata dalam bahasa arab yang artinya tersembunyi dan cepat. atas dasar ini para ulama secara bahasa mendifinisikan wahyu sebagai " Apa yang dibisikkan ke dalam sukma, yang diilhamkan, dan merupakan isyarat yang cepat yang lebih mirip pada sesuatu yang dirahasiakan daripada dilahirkan; sesuatu yang dituangkan dengan cara cepat dari Allah SWT ke dalam dada para nabiNya. Wahyu merupakan kebenaran yang langsung disampaikan Allah SWT kepada para nabiNya.”
Allah SWT telah menerangkan dalam Alquran cara memberitahukan para nabiNya mengenai apa yang dikehendakiNya, dengan firmanNya: “Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkatakata dengan dia kecuali dengan perantaraan Wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizinNya apa yang Dia kehendaki...” (QS.42:51
Allah SWT telah menerangkan dalam Alquran cara memberitahukan para nabiNya mengenai apa yang dikehendakiNya, dengan firmanNya: “Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkatakata dengan dia kecuali dengan perantaraan Wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizinNya apa yang Dia kehendaki...” (QS.42:51).).
Dari kandungan ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah SWT menurunkan wahyuNya kepada nabi dan rasul dengan tiga cara :
1. Allah SWT memberi pengetahuan dengan tidak memakai perantaraan. Pengetahuan itu tibatiba dirasakan seseorang dan timbul dalam dirinya secara tibatiba sebagai suatu cahaya yang menerangi jiwanya. Mimpi nabi yang benar (sadiqah) termasuk dalam bagian ini. Wahyu yang seperti ini telah diterima Nabi Ibrahim AS, yaitu tentang perintah Allah SWT untuk menyembelih anaknya, Ismail AS. Hal ini juga terjadi pada diri Nabi Muhammad SAW di masa permulaan turunnya wahyu.
2. Memperdengarkan suara dari belakang tabir dan nabi mendengar wahyu dari belakang tabir itu. Hal ini diperoleh Nabi Musa AS di Bukit Tursina (Gunung Sinai) dan Nabi Muhammad SAW ketika melakukan isra mi’raj.
3. Mengutus Malaikat Jibril (sebagai pembawa wahyu), yang disebut dalam Alquran sebagai arRuh alAmin atau Rohul Kudus. Dalam surah asySyu’ara ayat 192195 Allah SWT berfirman yang artinya:
Dan sesungguhnya Alquran ini benarbenar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh arRuh alAmin (Jibril); ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orangorang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.”
Malaikat Jibril kadangkala mendatangi Muhammad SAW dengan menyerupai seorang lakilaki yang tampan. Di saat lain Jibril memperlihatkan dirinya dalam bentuk yang asli, yang memiliki enam ratus sayap. Tak ragu lagi Alquran memang menjadi fokus perhatian para Sahabat, Tabiin dan generasi sesudahnya. Ini terbukti dari hasil penelitian mereka berkenaan dengan Alquran. Hasil kajian mereka memang menjadi pilarpilar penting yang jadi acuan kaum muslimin yang peduli terhadap interaksi dengan Alquran karena kesadaran bahwa kalam Allah adalah cahaya benderang petunjuk dan penuntun jalan kehidupan ini.

Selasa, 29 Maret 2011

PERBUATAN-PERBUATAN YANG MERUSAK AQIDAH

3. NIFAQ
            Nifaq menurut bahasa artinya menyembunyikan ,
Nifaq menurut istilah adalah menampakan keimanan dan menyembunyikan kekufuran, pelakunya disebut MUNAFIQ.
            Munafiq adalah orang yang secara zhahir adalah muslim karena telah mengucapkan dua kalimat syahadat, namun dihatinya tetap bukn muslim karena membenci Islam dank um muslimin.
Nifaq terbagi 2
1. Nifaq Akbar (besar)
            Nifaq akbar adalah nifaq dalam urusan aqidah disebut juga nifaq I’tiqod. Yaitu ia meyatakan bahwa ia beriman kepada Allah, Malaikat, kitab-kitab, Rasul-rasul dan hari kiamat, namun hatinya tetap menolak dan tidak beriman kepada apa yang telah ia nyatakan dengan lisannya. Pelaku nifaq ini dianggap keluar dari Islam dan akan kekal dineraka.
2. Nifaq Ashghor (kecil)
            Nifaq ashghor adalah nifaq dalam urusan amal, disebut juga nifaq amali. Yaitu menampakan ketaatan, dan keshalihannya dalam mengerjakan amal-amal Islam saat ramai dan banyak diketahui orang, namun bermalas-malasan dalam beramal saat sendirian di waktu sepi. Pelakunya tetap sebagai muslim namun di ancam masuk neraka seperti ma’shiyat-mas’shiyat lainnya.

Senin, 28 Maret 2011

PERBUATAN-PERBUATAN YANG MEMBATALKAN AQIDAH

2. KUFUR
            Kufur menurut bahasa artinya terhalang dan tertutup.
Menurut istilah kufur adalah lawan dari iman atau menolak kebenaran padahal ia tahu akan kebenaran itu. Pelakunya disebut KAFIR.
Kufur terbagi 2,
A. Kufur Akbar (Besar )
            Yaitu segala sesuatu yang menyalahi iman pelakunya di anggap keluar dari Islam, pahala dari amal yang telah dilakukannya terhapus dan ia akan kekal berada dalam neraka.
Ada 6 macam kufur besar
1. Kufur Inkar
            Yaitu mengingkari Allah dan tidak mau mengakui Rububiyah dan UluhiyahNya baik dengan hati maupun lidahnya. (Q.S. Al-Baqarah : 6)
2. Kufur Juhud (benci)
            Pada dasarnya ia mengenal dan mengakui Allah dan mengakui RububiyahNya dalam hatinya. Namun lidahnya tidak mau mengatakan dan mengakui isi hatinya. Seperti kufurnya Yahudi yang sebenarnya mengenal, meyakini  dan mengakui Allah dan Nbi Muhammad SWA. Namun ia membenci Muhammad karena ia bukan nabi dari golongan Yahudi sehingga mereka menyembunyikan kenabian Muhammad dan akhirnya mengingkari Allah.
            Imam Ibnu Qoyyim membagi kufur juhud kepada 2 bagian
a. Kufur Mutlak Umum
yaitu membenci sesuatu yang diturunkan Allah dan diutusnya para Rasul
b. Kufur Muqoyyad Khusus
Yaitu membenci suatu hokum dari hokum-hukum Allah, atau membenci sebagian yang halal yang dihalalkan Allah.
3. Kufur ‘Inad (Sombong)
            Yaitu meyakini dan  mengakui Allah dalam hatinya yang juga dinyatakan oleh lidahnya, namun ia tetap tidak mau beriman dan mengikutinya.
Kufur inilah yang dilakkukan oleh Iblis, Abu Tholib(paman Nabi) dan kafir Quraisy lainnya.
            Zaman sekarang ini kufur jenis ini banyak di lakukan oleh kaum Liberal yang menolak penerapan Syari’at islam dan pemberlakkuan hukum Islam di Indonesia.
4. Kufur I’rod (berpaling)
            Yaitu berpaling dari Nabi, ia tidak mendustakan Nabi tapi tidak pula membenarkannya, tidak mengikuti Nabi dan tidak pula memusuhinya.
5. Kufur Syak (ragu-ragu)
            Kufur jenis ini dilakukan oleh orang-orang yang merasa ragu terhadap Islam, ia tidak menerima ataupun menolak ajaran Islam, karena keragu-raguan di hati mereka.
B.Kufur Ashghor (kecil)
            Kufur ashghor adalah menyalahi hokum-hukum dalam syari’at Islam dan melakukan amaln-amalan ma’shiyat yang tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam. Namun tetap mendapatkan ancaman masuk neraka walau tidak kekal didalamnya.
Beberapa contoh kufur ashghor
1. Kufur ni’mat
2. Meratapi mayit
3. Menghina nasab keturunan
4. ma’shiyat-ma’shiyat lainnya.
5. dll.

Minggu, 27 Maret 2011

PERBUATAN-PERBUATAN YANG MEMBATALKAN AQIDAH

1. SYIRIK 
            Syirik artinya membuat sekutu atau tandingan bagi Allah SWT. baik dalam RububiyahNya maupun UluhiyahNya.
Syirik terbagi 2,
A. Syirik Akbar
            Yaitu menjadikan sekutu bagi Allah atau menjadikan selain Allah sebagai tuhan yang disembah. Inilah kemusyrikan dan kezhaliman terbesar yang pelakunya tidak akan mendapat ampunan dari Allah jika ia mati dalam kemuyrikannya. Ia juga di anggap keluar dari Islam, pahala dariamal yang telah dilakukannya terhapus dan ia akan kekal berada dalam neraka.
Pelaku kemusyrikan ini disebut MUSYRIK
Macam-macam Syirik Akbar
1. Syirik dalam berdo’a
            Yaitu memohon dan bedo’a kepada selain Allah, atau berdo’a kepada Allah juga berso’a kepada yang lainnya. Seperti meminta pertolongan kepada dukun, para normal, kuburan para wali, pohon besar dll.
Larangan untuk berdo’a kepada selain Allah terdapat dalam Al-ur’an diantaranya Q.S. Yunus :106-107.
2. Syirik dalam beribadah
            Termasuk syirik dalam ibadah, adalah menyembah patung, berhala, matahari, bulan, api, batu besar, gunung, kuburan, dll. (Q.S. Az-Zumar : 3)
3. Syirik dalam syafa’at
            Yaitu meminta pertolongan (syafa’at) kepada yang tidak berhak memberi syafa’at, seperti para wali yang telah meninggal. Padahal wali yang telah meninggal tidak dapat memberi syafa’at dan tidak boleh meminta syfa’at kepadaNya.
Ada 3 syarat meminta syafa’at yang di bolehkan :
  1. Syafa’at (pertolongan) itu mungkin dilakukan pemberi syafa’at.
  2. Yang di beri syafa’at adalah orang muslim yang di ridhoi Allah untuk mendapat syafa’at.
  3. Pemberi syafa’at di izinkan oleh Allah untuk memberi syafa’at.
4. Syirik dalam keta’atan
            Keta’atan kepada Allah dan RasulNya adalah ketaatan mutlak tanpa syarat apapun. Sementara ketaatan kepada makhluk seperti guru, orang tua atau pemerintah adalah ketaatan bersyarat. Yaitu perintah tersebut tidak melanggar atau tidak bertentangan dengan perintah Allah dan RasulNya.
Rasulullah SAW.
لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق
“Tidak boleh taat kepada makhluk dalam berma’siyat kepada Allah”
Jika manusia mentaati makhluk seperti taatNya kepada Allah, atau bahkan melebihi taatnya kepada Allah, maka ia telah syirik.
5. Syirik dalam mencintai
            Diantara tuntunan tauhid adalah mencintai Allah secara utuh. Yaitu cinta dalam mentaati perintahNya dan cinta dalam meninggalkan laranganNya.
            Termasuk syirik adalah mencintai selian Allah melebihi cintanya kepad Allah.
B. Syirik Ashghor
            Syirik kecil adalah mengharapkan sesuatu baik pujian maupun imbalan dari makhluk, walaupun ia juga berharap pahala dari Allah. Syirik jenis ini juga disebut sebagai syirik amali, yang mengurangi kesempurnaan iman, namun tidak menyebabkan pelakunya keluar dari iman dan islam. Namun demikian syirik ini adalah ma’siyat terbesar karena menyamakan Allah dengan yang lain.
            Termasuk dalam syirik kecil adalah
1. Riya’, yaitu beramal dengan harapan dilihat dan di puji oleh makhluk.
2. Sum’ah yaitu amal-amalnya selalu ingin didengar oleh orang lain.
3. Bersumpah bukan dengan nama Allah
4. Tawasulan
5. Membangun kuburan
6. Berlebihan dalam menghormati manusia
7. Mengagungkan patung dan gambar
8. Merayakan perayaan-perayaan bid’ah